Rabu, 28 Mei 2014

KURIKULUM 2013



PERSIAPAN GURU MENGHADAPI KURIKULUM 2013
Oleh Andhika Puspita Siwi

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 definisi kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Pendidikan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja, dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Melalui  pendidikan, kita diharapkan agar lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyarakat. Oleh karena itu kurikulum yang berisi pada tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Di Indonesia, telah dilakukan beberapa kali pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006, saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh KEMDIKBUD Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang sudah diterapkan sejak tahun 2006 lalu. Kemudian pertanyaannya, Mengapa kurikulum 2006 diganti? Apa masalahnya? Apa alasan dikembangkannya kurikulum 2013? Kemudian apa yang harus dipersiapkan Guru dalam menghadapi kurikulum 2013? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut mari kita analisa.
Kurikulum 2006 (KTSP) diganti dan disempurnakan menjadi kurikulum 2013 (kurikulum berbasis karakter) karena memuat sejumlah permasalahan diantaranya:
1.        Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
2.        Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
3.        Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.
4.        Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
5.        Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
6.        Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan
7.        Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah (a) Perubahan proses pembelajaran [dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu] dan proses penilaian [dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output] memerlukan penambahan jam pelajaran; (b) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran; (c) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat, dan (d) Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial.
Tiga faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang Keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
Dalam menghadapi kurikulum 2013 Guru dibekali pelatihan menggunakan metode master-teacher, dan micro-teaching, selain itu juga dibekali pelajaran khusus mengenai keguruan, mengikuti sosialisasi penataan kurikulum, dan mengadakan sekolah piloting, yaitu sekolah uji coba penerapan kurikulum 2013. Selain untuk menghadapi kurikulum 2013 upaya-upaya tersebut juga disiapkan untuk menghadapi tantangan abad 21. Yang pada tahun 2035 akan membutuhkan tenaga trampil serta profesional.
Menurut pengamatan saya Guru sudah siap/ belum menghadapi kurikulum 2013 yaitu Guru di perkotaan sudah mampu mengikuti kurikulum berbasis karakter ini, sedangkan Guru di perdesaan belum bisa menghadapi kurikulum 2013, karena kendala sekolah piloting yang ada di setiap masyarakat desa bahkan tempat terpencil akan tidak tersedianya sarana-prasarana seperti ketersediaan buku, kesiapan guru, serta pemahaman orangtua terhadap kurikulum 2013. Dapat disimpulkan juga bahwa dalam rangka menghadapi tantangan pada abad 21 ini, setiap guru hendaknya memiliki kemampuan dan profesionalisme yang tinggi. Sebab pada abad 21 Guru tidak memberi tahu, melainkan membimbing untuk memberi tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Depression Story

(This is in Full Bahasa and Full English)                                 Setelah momen graduation, aku mengalami depresi yang aga...