HALO~
Bulan
kemaren dan kemarennya aku disibukkan skripsi, bimbingan, ngelesin, nge-host,
dan lain-lain, ada banyak hal sulit yang telah kulalui... Namun, ada pula
kebahagiaan yang tak terduga.
Dulu,
seseorang meramalkan bahwa aku tak memiliki keuntungan, jadi harus bekerja
lebih keras (well, it is unecessary for me to belive in a fortune teller tho!). I also prefer to believe in a hard work than a luck... Though Bekerja lebih keras bukanlah
mudah bagiku. Kenyataannya memang aku nggak bisa gercep alias gerak cepat
seperti anak lain. (My friends say so, I can’t deny it~). Mahasiswi akhir
sepertiku ini harus gercep untuk ngerjain skripsi, biar cepet selesai (katanya).
Well..
“Skripsi” bisa jadi musuh atau teman mahasiswa akhir. Bagiku, skripsi itu seperti
teman baru (yang ternyata asyik). Kali pertama, skripsi terlihat menakutkan
tapi setelah kenal lama... si-dia ini kok asyik, malah mengajakku ke-dunia yang
selama ini ku impikan. Sama seperti teman baru, yang bisa saja menakutkan di
awal tapi ternyata asyik atauuuu yang asyik di awal tapi .....
Anyway..
selama bimbingan aku menghadapi beberapa masalah, termasuk dosen, teman, pribadi,
atau skripsi, yang ku pikir akan membunuh keinginanku. Saat-saat masalah tersebut
diujung, malah ku temui berbagai hal tak terduga. Tanpa ekspektasi apapun, aku
bisa mendaftarkan diri pada ujian sidang hari Kamis, 24 Agustus 2017 dan langsung
mendapat pengumumannya.
Saat
itu (selama pembukaan registrasi ujian sidang sampai hari penutupan),
aktifitasku jadi super duper sibuk. Bukan masalah skripsi saja, ada kegiatan
lain yang ikut menyibukkanku. Tetapi lantas nggak mengganggu aktivitas yang
lain. Jadi, semua sudah teratur timing-nya.
Dari pagi sampai sore, aku bimbingan di 2 gedung yang berbeda (kalau nggak
bimbingan berarti ngedit-ngedit revisian atau ngerjain bab selanjutnya). Lalu,
sampai rumah istirahat sebentar 1.5 jam dan kembali bangun untuk nge-lesi.
Next, selesai nge-lesi aku nge-host dan cari makan malam. Sampainya di kamar,
aku nggak langsung tidur tapi ngerjain bab 4-5 sampai hampir subuh. (I know it’s not good, but felt like wanted to do it). Walaupun aktivitas gila kayak gini
bikin aku pingsan pertama kali di Goa Kreo. (-__-)
Awalnya
nggak ada ekspektasi sama sekali untuk ikut ujian sidang di bulan Agustus. Aku
hanya mengerjakan “skripsi” dengan baik+serius dan bisa melakukan kegiatan lain.
Prediksiku malah baru bisa ikut ujian sidang Desember atau bahkan tahun depan. Jadi kalau kau tauuuuu, dua hari sebelum ujian sidang, aku ada di Dieng untuk menjadi tour
guide (karena memang dari awal nggak ada ekspektasi bisa mendaftar ujian sidang
di bulan Agustus, jadi sudah dijadwal kalau hari itu harus ada di Dieng dan
nggak bisa dirubah). GILA Memang..., tapi aku mencoba bersikap tenang. Karena
bagaimanapun kuncinya adalah diri kita sendiri, harus bisa mengkontrol
diri sendiri, artinya jangan buat diri “terbebani”.
Jadi
yang ku lakukan 2 hari sebelum ujian sidang di Dieng adalah tentu menjadi tour
guide, menikmati alam, menikmati pertunjukan wayang bersama mahasiswa KKN
UNNES, lalu pukul 9 baru pulang ke guest house dan membuat power point
presentasi ujian sidang, mempersiapkan beberapa kemungkinan pertanyaan yang akan
muncul, menyiapkan jawabannya, memahami isi skripsi, dan serahkan semuanya pada
Allah SWT. Aku tidur pukul 2 pagi dan bangun pukul 5 siap-siap, kemudian pergi
ke beberapa tempat wisata Dieng pukul 7. Pulang ke Semarang di sore hari pukul
3, tapi tiba-tiba mobil yang ditumpangi hampir merosot. Akhirnya kami semua keluar, supaya tidak semakin terperosot. Pak sopir pun berusaha
menaikkan mobilnya ke tempat yang datar. Dan ternyata ban mobil bocor, saat itu
aku mencoba tetap tenang, tidak panik. Akhirnya atas ijin Allah, mobil sudah
selesai diganti ban dan kami bersiap kembali menuju Semarang pukul 4. Tibanya di
Semarang pukul 8 lebih 15 menit, pukul 9 malam aku persiapkan seragam dan sepatu.
Sayangnya
aku juga mengalami masalah lain, yaitu masalah teman dan pribadi. I am an introvert, which is it’s imposible
for an introvert to make an enemy. Teman bagiku ya seseorang yang kutemui,
dikenal dengan baik. Benar atau tidak isu itu, aku nggak terlalu perduli. But the important thing is that I want to
keep in touch with friends and always be good. Lalu, masalah pribadi...saat
itu, aku dekat dengan seseorang (he isn’t Indonesian, and non-believer), well
aku tahu ini terlalu jauh dan I know that it was my fault. He proposed me to
marry him, tapi I can’t...karena hubungan kita beda agama. Dan aku nggak mau
memaksa nya buat pindah agama hanya karena ingin “menikahiku”. Finally, we
broke-up while tomorrow I will have “sidang skripsi”. Aku tetap mengkontrol
diri dan fokus pada hal yang lebih penting.
Esoknya,
28 Agustus 2017, aku mengikuti ujian sidang pada masing-masing dosen penguji.
Selesai melakukan sidang pada dosen penguji 1, hal tak terduga pun datang.
Beliau (penguji)ku menawari sejumlah jobs dan siap mengirimku ke suatu tempat.
Perasaan haru dan air mata pun jatuh juga saat itu. Kemudian Allah melancarkan
ujianku pada penguji 2 dan 3, tidak perlu revisi. Jadi skripsi siap sudah
tertandatangani semua hanya dalam 2 hari saja.
“Setiap
hujan deras pasti ada pelangi, setiap penderitaan pasti ada kebahagiaan”. Ikhlas
saja dengan masalah yang ada dan jangan menjadikan masalah sebagai beban.
Alhamdulillah sekarang I can get over him. Dan I communicate well with friends,
thank you friends.
Next,
bagaimana bisa aku mendaftarkan diri pada ujian sidang dan berhasil?? Rahasianya
adalah percaya dengan kemampuan diri sendiri dan sang maha pencipta. Pertama,
yakin kalau kita mampu melakukan yang terbaik. Selama ini aku sering mengeluh
dan tidak yakin bisa mendaftar ujian sidang di bulan Agustus, seharusnya aku
tidak merendahkan diri dan seharusnya memposisikan diri pada posisi yang
lebih baik daripada baik. Kedua, setelah percaya pada diri sendiri lalu percaya
pada Allah. Percaya bahwa Allah akan membantu, percaya bahwa Ia punya
mukjizat yang luar biasa, punya malaikat-malaikat yang tak pernah tidur, punya
rencana yang luar biasa, dan percaya bahwa Allah memberi apa saja yang kita
butuhkan.
Tambahan, based on my experience : Do everything sincerely , without any expectations for wanting tobe surprised anytime.
Tambahan, based on my experience : Do everything sincerely , without any expectations for wanting tobe surprised anytime.
Berikutnya,
hal yang paling sulit selama menjadi semester tua adalah langkah setelah
skripsi, yoms... pemberkasan. Pemberkasan ini yang paling membutuhkan
“kegercepan”. Seperti yang sudah ku katakan, aku bukanlah orang yang gercep.
Jadi solusinya yaitu, mencari cara lain. Caranya adalah bermain taktik dan
berfikir logis. Mana yang bisa dikerjakan, dikerjakan dulu.
Well...sekarang
aku udah di tahap tanda tangan pada buku induk. Aku hanya menunggu pembagian
toga, plakat, undangan dan gladi bersih tanggal 4 dan 5 Oktober. Insya Allah
wisudaku adalah tanggal 7 Oktober 2017, jika umurku sampai.
Akhirnya
pertanyaan “kapan wisuda?” bisa dijawab (hehe), tinggal pertanyaan “kapan
kerja?” yang masih belum bisa dijawab. Sebetulnya aku sudah mengaplikasikan berkas
lamaran ke beberapa perusahaan swasta dan bumn. Tapi, entahlah aku serahkan
kembali pada Yang Maha Kuasa. Aku yakin rencana Allah yang paling baik buat ku.
Kalau
ditanya cita-citaku apa, waktu kecil aku selalu menjawab ingin jadi dosen. Well,
tapiii makin tua, makin bingung apa cita-citaku. Untuk jadi dosen, aku harus
melanjutkan S2, which is butuh uang banyak, dan saat ini belum punya cukup uang
untuk itu. Ditambah adikku akan melanjutkan studi S1. Yang ku pikirkan saat ini
bagaimana caranya membahagiakan orang tua dan sekitar.
Selama
ini orangtua ku (terutama ibu) sangat mensuport kegiatan apapun yang ku
lakukan. Termasuk skripsi, ibu atau bapak bukan tipe ortu yang selalu nanyain “kamu sampai bab mana?”, “kapan selesai bab 3?”, “kapan selesai
penelitian?”, “kapan sidang?”, dll. Tapii bukan berarti
mereka nggak peduli, mereka lebih ke “mempercayakan semuanya padaku”. Mereka punya mindset modern, dan aku sangat beruntung memiliki nya
sebagai orangtua. Ibu dan bapak sangat terbuka dan memberikan kemerdekaan
bagiku. Dari kecil, aku dibebaskan untuk memilih kegiatan apa saja yang ku
suka. Aku nggak pernah melihat mereka memaksakan sesuatu padaku.
Hingga
saat ini pun mereka memberi kebebasan, mau aku ingin menjadi apa, bekerja
dimana, berapa gajinya, dll terserah aku. Kata mereka yang terpenting tetap
jaga iman dan sholat 5 waktu.
They believe in me, so I will always
do my best for them.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar