Jumat, 21 Juli 2017

HIDUP DALAM ANGGAPAN MASYARAKAT




Semakin kamu peduli anggapan orang mengenaimu, maka kamu tidak akan berhenti khawatir.

Itulah pendapatku mengenai hidup jika kita terlalu peduli apa anggapan orang lain terhadap diri kita. Kenyataannya, bagaimanapun, jika kita tidak hidup “seperti apa yang mereka anggap”, kita akan khawatir jika mengecewakan diri sendiri. Ketika orang menganggap kamu hebat dalam menari, tentu saja kamu akan mencari segala cara untuk mempertahankan anggapan itu. Jika tidak/ gagal, maka akan berakhir pada mengecewakan diri sendiri.

Lalu bagaimana jika anggapan mereka buruk? Pastilah kita merasa tidak nyaman dan ingin merubah anggapan buruk tersebut. Sejak SD orang-orang  menganggap aku ini aneh, nggak punya temen, dan bodoh. Anggapan itu seringkali membuatku merasa tidak nyaman. Aku selalu mencoba untuk keluar dari anggapan buruk masyarakat. Ibuk mengirim ku ke bimbingan belajar supaya bisa bersosialisasi dengan teman seusia dan meningkatkan pengetahuan, perlahan aku keluar dari anggapan buruk itu. Sayang sekali, anggapan tersebut tak berubah malah masih sama seperti dulu. Aku terus merasa khawatir karena takut jika usaha apapun yang sudah ku lakukan tidak akan memberi perubahan.

Ketika aku beranjak remaja semua berubah agak baik dari sebelumya. Sebagian orang masih menganggapku sama seperti dulu. Beberapa darinya meremehkanku. Perubahan yang lebih baik ini tidak banyak diketahui orang-orang sekeliling. Padahal aku ingin orang-orang tahu itu, karena selama ini aku merasa direndahkan. Kemudian, seiring berjalannya waktu, akhirnya perubahanku ini jadi bahan pembicaraan mulut ke mulut, hingga masyarakat beranggapan terlalu tinggi mengenaiku. Anggapan orang-orang sekitar lebih tinggi daripada keahlian asli yang ku punya. Aku kembali merasa tidak nyaman, dan timbul perasaan khawatir. Khawatir akan mengecewakan mereka dan berakhir kecewa pada diri sendiri.

Orang-orang sekitar kini menganggapku pintar, percaya diri, dan bisa diandalkan. Karena orang-orang berfikir seperti ini, mereka nggak jarang mengandalkanku. Ketakutanku adalah... ketika aku tidak bisa menjadi seperti yang mereka anggap. Perasaan seperti ini sangat tidak membuatku nyaman. Berulang kali aku menjelaskan kepada beberapa orang bahwa aku tidak seperti yang mereka anggap. Aku sama seperti orang lain, masih belajar, dan kemungkinan akan gagal seperti manusia biasa.
Ketika kegagalan itu datang, orang-orang sekitar mungkin akan heran dan bertanya-tanya. Kok bisa seperti itu, dia kan ahlinya kok bisa begitu, ini kan bidangnya dia kok bisa gitu, dia kan pinter masa gitu aja gak bisa, dll. Jika orang sekeliling kecewa, maka pasti timbul perasaan tidak nyaman, tidak enak, malu, dan juga berakhir kecewa pada diri sendiri. 

Semenjak itu, aku berfikir sampai kapan aku harus hidup di bawah anggapan orang?
Jika aku terus melakukannya, ini akan membuatku tidak nyaman. 

Lalu, kuputuskan untuk tidak peduli dengan apa yang masyarakat anggap tentangku. Aku memilih untuk tidak menunjukkan sisi hebat, dan membiarkan orang-orang beranggapan apapun.
Inilah waktunya untuk memahami diri sendiri, berhenti membuat diri tidak nyaman atau sakit hati. 
Bijak memilah mana yang baik dan buruk, melakukan semua yang baik untuk diri sendiri tanpa menyakiti atau membuat kecewa diri sendiri. Jangan biarkan orang-orang mengontrol kehidupan kita.

Kita harus sadari bahwa, semua orang diciptakan unik, dan kita di sini tidak hidup untuk apa yang orang-orang anggapkan. Semua orang memiliki takdir yang berbeda. Takdir bisa saja berubah tergantung pribadi masing-masing. Semua orang bisa berubah tergantung usaha masing-masing. Jadilah diri sendiri, percaya pada diri sendiri, buatlah hidup dan diri ini nyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Depression Story

(This is in Full Bahasa and Full English)                                 Setelah momen graduation, aku mengalami depresi yang aga...